Senyum, Harta Termahal

>> Senin, 04 Januari 2010

Pelayan itu tersenyum pada lelaki tak dikenal yang murung itu.

Senyum itu tampaknya membuat perasaannya lebih baik.

Lelaki itu teringat kebaikan seorang temannya dulu.

Setelah selesai makan siang ia meninggalkan tip yang cukup besar.

Si pelayan, terkejut melihat jumlah tip itu, mempertaruhkan semuanya mengikuti firasatnya.

Besoknya ia mengambil uang yang didapatnya, dan memberikan sebagian pada lelaki di jalan.

Lelaki di jalan itu merasa bersyukur; karena sudah dua hari ia tak makan.

Setelah ia selesai makan, ia pulang ke kamarnya yang sempit dan kumuh. (Ia tak tahu pada waktu itu bahwa ia mungkin akan menemui ajal).

Dalam perjalanan ia memungut anak anjing yang kedinginan dan membawanya ke rumah supaya hangat.

Anak anjing itu sangat bersyukur tak lagi di luar didera badai.

Malamnya rumah itu terbakar.

Anak anjing itu menggonggong memberi peringatan.

Ia menggonggong hingga seluruh isi rumah terbangun dan menyelamatkan semua orang dari bahaya.

Salah satu anak yang diselamatkannya tumbuh dewasa menjadi Presiden.

Semua ini karena sebuah senyum yang tak membutuhkan uang satu sen pun.



Pernahkah Anda melihat wajah orang yang tidak pernah tersenyum? Bagaimana perasaan Anda? Yang pasti, apa pun perasaan kita, pada dasarnya, memandang wajah orang yang tidak mau tersenyum amatlah menjengkelkan. Ini tidak berarti kita harus terus senyum-senyum sendiri di mana-mana. Namun, alangkah berbedanya bila sudut bibir kita tertarik ke atas dan bukannya turun ke bawah.



0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP